Ratu Tisha Mundur, Itu Hak

By Abdi Satria


M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior

SENIN (13/4) sore, tiba-tiba saja berita Covid-19, di kalangan praktisi sepakbola dan seluruh sayapnya, menguap. Padahal Covid-19 masih tetap mengancam dan korban belum juga berkurang.

Adalah Ratu Tisha Destria, Sekjen PSSI, tiba-tiba berita tentang dirinya memenuhi seluruh relung penggiat sepakbola tanah air. Ya, Tisha melalui instragram miliknya menyatakan mundur dari posisinya sebagai sekjen. Selain itu, surat pengunduran dirinya juga langsung memenuhi semua medsos grup sepakbola.

Tentu beragam, ada yang senang, ada juga yang menyayangkan. Seperti biasa, ada yang berharap bisa menggantikan posisinya, ada juga yang mengatakan langkah Tisha akan menyulitkan posisi PSSI. Sekali lagi, ada yang setuju, ada juga yang mengatakan tidak masalah. Terserah saja.

Saya sendiri tidak terkejut terkait mundurnya Tisha. Bahkan, saya juga menganggap biasa saja. Ini adalah dinamika organisasi. 

Mundur itu adalah hak yang melekat pada dirinya. Dan lazimnya seseorang yang baru menjadi Ketua Umum satu organisasi apa pun, termasuk PSSI, pasti sekjen haruslah orang yang dia percaya. Sekjen adalah orang yang bisa mewakili diri ketum untuk segala hal. Sekjen adalah kepanjangtangan sang ketum.

Jadi, bagi saya tidak ada yang mengejutkan. Apalagi, saya sendiri sudah melihat indikasi Tisha akan kehilangan jabatan sejak tiga bulan terakhir. 

Tidak hadir

Yang paling menonjol ketika pembukaan Liga 1 di Surabaya. Tisha tidak ada di stadion, padahal seperti lazimnya acara besar dan penting, sekjen harus ada di tempat. 

Malamnya, saat saya makan malam bersama Pak Marciano Norman, Ketum KONI, saya sempatkan telpon sekjen. Uniknya, seperti tahu apa yang akan saya tanyakan, Tisha langsung menjelaskan: "Gak ada apa-apa Bang. Saya tadi membuka liga sepakbola wanita di Solo karena Pak Hasnur (anggota esko PSSI yang membawahi sepakbola wanita) tidak bisa hadir, " katanya. "Tenang aja Bang, masih aman kok," lanjutnya sambil tertawa dan malah menjelaskan sedang bermobil menuju kembali ke Surabaya.

Kedua, saat pembukaan Liga 2 di Balikpapan, Sabtu (15/3). Sekali lagi sekjen tak ada.

Namun karena situasi genting terkait wabah Corona yang baru mulai, dan di sela-sela pembukaan, Menpora, Zainudin Amali, Ketum PSSI, Iwan Bule, Dirut PT LIB, Cucu Sumantri, serta beberapa esko PSSI mengadakan rapat darurat untuk menyikapi keadaan. Karena situasi itu, saya tak sempat mencari tahu mengapa sekjen tidak hadir.

Ada beberapa lagi yang tidak mungkin saya tuliskan. Jadi, dari sana, mundur atau digantinya Ratu Tisha Destria sungguh tinggal menunggu waktu. Sekali lagi pula, itu adalah hak bagi kedua belah pihak. Jadi, sah-sah saja jika Tisha mundur atau diganti. Dan sah-sah pula jika Ketum PSSI menggantinya.

Hanya saja, saat Indonesia menghadapi pekerjaan berat menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, Juni-Juli 2021, saya sebagai pribadi, menyayangkan. Sebagai pribadi pula, saya tidak mengenal Tisha dengan baik. Saya kenal ketika ia dijadikan semacam sekertaris Tim Adhock 2015 bentukan FIFA.

Saya melihat bagaimana cara kerjanya dan komunikasi dia dengan FIFA. Setelah itu, saya juga mendengar bagaimana dia berhasil mempresentasikan kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Betul pemerintah memberikan dukungan sangat besar dan menambah kepercayaan FIFA menunjuk Indonesia, tapi peran sekjen dan tim tidak boleh dinafikan. Mungkin jika dipresentasikan 90% dukungan pemerintah, 8% Asosiasi, dan 2% Tisha.

Sekali lagi, saya sangat menyayangkan jika PSSI membiarkan Tisha mundur, meski itu adalah hak. Pekerjaan berat ke depan tidak bisa diemban oleh orang biasa-biasa saja. 

Dan, ini yang paling penting untuk dicatat. Ada atau tidaknya Tisha di posisi sekjen, PSSI harus tetap solid. Dan saya yakin PSSI yang sarat pengalaman, dan memasuki tahun ke-90, rasanya juga tidak akan terganggu. Perjalanan panjang yang sudah dilalui PSSI adalah bukti bahwa organisasi yang 15 tahun lebih tua dari Republik Indonesia itu tidak akan terpengaruh.

Mundurnya sekjen bukanlah perkara besar. PSSI pernah berulang kali mengalami perkara yang sangat besar, toh tetap mampu berjalan hingga saat ini. 

Semoga selalu ada jalan untuk kita semua, aamiin.